Archive for November 27th, 2007

Tak Sepadan – Chairil Anwar

and i still love this poetry…

I guess

These what we will be:

You marry, have baby, and happy

While I wander such Ahasveros

 

 

Cursed by Eros

I creep at the blind wall

No doors opened at all

 

 

Things will be better

By turn off this fire

For it will do you no harm

But it will burn me, no longer warm

 

(Tak Sepadan – Chairil Anwar)

~~

versi indonesianya…

Aku kira:

Beginilah nanti jadinya

Kau kawin, beranak dan berbahagia

Sedang aku mengembara serupa ahasveros.

 

Dikutuk sumpahi Eros

Aku merangkaki dinding buta

Tak satu pun juga pintu terbuka.

 

Jadi baik juga kita padami

Unggunan api ini

Karena kau tidak akan apa-apa

Aku terpanggang tinggal rangka

~~

sedih ya? but i really, really, really love this poetry.

sayatannya gag nanggung. bener-bener menyayat but in the same time puisi ini menguatkan. bagiku.

selamat meresapinya 😉

Advertisement

teori baru tentang hidup

aku punya teori baru.

i tell you ya…

rasa rindu. kangen. ternyata selalu memberi efek capek.

sebesar apapun rasa rindu kita terhadap seseorang. jika seseorang tersebut tidak memperdulikan kita dan tentunya tidak merindukan kita. maka rindu itu menyebalkan.

apalagi rasa rindu yang tertahan.

seperti sore ini.

capek!

phew… it’s a new theory tokh? jangan disebarkan yah? cukup antara kita saja,ok?

😛

kenangan

menurutmu,

apa harga dari kenangan?

menurutmu,

terbuat dari apa benda bernama “kenangan” itu?

maukah kamu aku beri beribu kenangan jika berarti akan ada perpisahan abadi?

*penasaran*

*ohya,inimasihracauanorangdemamdisianghariyangpanas*

gravity sucks, no?!

kenapa harus seperti roda?

kenapa kadang harus di bawah dan kadang harus di atas?

ugh, i won’t complain anything jika hidupku hanya ada di bawah terus. atau jika selalu berada di tengah. tanpa pernah menyentuh area atas.

i won’t complain anything if only i never knew bahwa ada area atas. butakan mataku tentang area atas. tulikan telingaku atas mimpi berada di atas. yakinkan aku bahwa dunia hanya sebatas kotak kecil ini. kotak kecil yang kusut tak bercahaya dan selalu berada di bawah. maka aku tidak akan pernah membayangkan hidupku berada di atas.

dan aku akan lebih bisa bersyukur.

buat aku tidak mendamba kehidupan yang lebih baik dalam otak dan hatiku.

maka aku akan menurut.

betapa pengetahuan membuat hidup lebih mudah dan on the other way, membuat hidup lebih susah. too many wishes. too many dreams. too many hopes.

dan gravity sucks karena membuatku menyentuh dasar ketika aku sudah mencapai puncak.

huh!

*racauansintingorangdemamdisianghariyangpanas* 

melupakan. meninggalkan. mengingat. kenangan. hujan.

“hey, who said that i want and will forget and leave you? i won’t dare say that to you and anyone. don’t you know, it’s not about forgeting and leaving (you in this case) but it’s all about remember our past, memory… “

saya perlu kekuatan sang megaloman untuk bertemankan dengan  kenangan bersamamu

so give me space and time.

please…

aku rindu hujan.

melihatnya membasuh kota ini. membasahi tanahnya yang sudah mengering. kerontang malahan.

menyucikan semua dendam, iri dan dengki. menggantinya dengan perasaan haru biru. abu-abu. rindu. kangen.

memelukku dalam sensasi dingin yang melambungkan angan. mencapaimu.

jiwa ini meronta. sudah terlalu lama terpanggang. di mana hujan sekarang?

tolong,

sampaikan peluk kangen saya buat lelaki hujan. yang di tubuhnya penuh luka. yang jiwanya sudah tercabik dan tak akan pernah utuh lagi. lelaki yang hatinya begitu indah. lelaki yang selalu membasuh jiwaku dengan peluk dinginnya. menenangkan aku.

sampaikan bahwa saya menunggunya. untuk melihatnya menebarkan rasanya. menebarkan dinginnya. mensucikan kota ini. menyapaku dan mengajakku menari.

otak ini sudah terlalu penuh. dan aku perlu bantuan sang lelaki hujan untuk menetralkan otak. diri. dan jiwaku.

hujan,

kapan kamu datang?

Surabaya meranggas. mendamba pelukanmu.

dan aku…

semakin mati.

pagiku

pagi. panas menyengat. sedikit tamparan. di depan komputer. terpaku menatap layar. segelas air putih. demam yang masih setia menemani. bingung.

*sigh*

sedikit tamparan tetapi sangat berbekas. dan pasti akan menyilaukanku untuk  24 jam kedepan, paling pendek.

kesintingan yang tidak aku mengerti. bukan karena mayoritas versus minoritas. tapi hanyalah tindakan baik yang tidak kumengerti di mana letak kebaikannya.  kebaikan bagi siapa? untuk sisi kebaikan yang mana? dalam bentuk kebaikan apa?

kurungan emas.

dingin. AC versus demam. keadaan versus niat.

pulang?

ke mana?

rumah?

rumah siapa?

i have no home rite now.

homeless?

oh, tidak. i have no home tapi aku punya tempat untuk tidur dan berteduh. tidak lebih dari itu.

masih pagi. tumpukan kerjaan di sisi kiri dan kanan. notes deadline di frame layar kompi. musik menghentak penyemangat jiwa. jiwa yang melayang entah kemana.

sekarang aku mengerti bagaimana rasanya menjadi burung piaraan.

sekarang aku bisa bersimpati terhadap burung piaraan yang memiliki sepasang sayap indah yang sangat kuat dalam dunia kecilnya yang sangat sempit. dunianya yang sangat jauh jaraknya dengan langit. dunia yang hanya selebar rentangan sayap-sayapnya. dengan sayap yang bisa dikepakkan untuk mencapai puncak mahameru. puncak mahameru yang jauh berada di balik dunia kecilnya.

tidak lebih.

kasihan sekali.

sang pemimpi

hai, kenalkan, aku pemimpi. sang pemimpi lebih tepatnya.

ah, kamu tidak terkejut mendengar namaku. pasti kamu sudah mengenaliku, bukan? aku hidup di negeri bianglala. dimana kebahagiaan tersedia di manapun kamu berada. tawa adalah musik yang akan selalu mengalun dalam setiap detik kehidupanku.

aku berdagang. mimpi yang kujual. seperti namaku. apapun yang kamu butuhkan, kamu inginkan, aku bisa menyediakannya. hanya dalam sekejap, apapun itu akan tersedia di depan matamu menunggu untuk kamu raih.

kamu tertarik?

dulu, pernah ada sepasang kupu-kupu yang bercengkerama. saling mengagumi keindahan sebuah bunga. berkejaran di taman bunga mawar. awalnya penuh kebahagiaan. tapi entah kenapa, di satu detik aku melihat salah satu kupu-kupu itu bersedih. air mata menetes. kepakannya tidak bersemangat lagi. bunga cantik merona merah tidak lagi menarik hatinya. pelukan sang kekasih hatinya tidak menghangatkannya.

kesini, kesini… mari ikut aku ke negeri bianglala. di mana hanya ada kebahagiaan dan tawa. dimana cinta bertebaran di segala penjuru. mari ikut aku ke negeri bianglala. masih kurang? baiklah, katakan apa yang kamu inginkan. aku akan memberikannya padamu supaya senyum itu bisa terbit di matamu lagi.

dan perlukah aku memberikan peta menuju negeri bianglala untuk kupu kupu temanmu? tidak usah. karena ini jalanmu. biar dia merasakan bahwa kenyataan kadang pedih. bahwa mimpinya kadang tidak teraih semuanya. biar dia terpuruk.

dan kamu di negeri bianglala.

sendiri bertemankan kebahagiaan kamu.

dan aku sang pemimpi dari negeri bianglala.

berkelana menebar harapan dan mimpi untuk mencapai negeri bianglala.

biar semua mencari peta ajaib ke negeri bianglala. tidakkah mereka sadari bahwa negeri itu ada di sisi mereka. akan mereka temukan tanpa bantuan peta.

dikeheningan atas ingkaran kenyataan. pada angan yang tidak menjejak bumi. pada mata yang menatap khayalan. pada mimpi yang sedang melayang.

di sanalah akan kamu temui aku.

sang pemimpi.

di negeri bianglala.