aneh.
setelah berekspresi apa adanya. setelah kata teman “jujur terhadap hati dan orang lain”. setelah “tidak pretending”. kok yang ada aku malah merasa sangat bersalah yak?
salah karena marah?
er… *berpikir*
marahku tidak membabi buta. emosiku terkendali. aku straight to the point dan tidak merembet ke sana ke mari. aku fokus pada apa yang aku permasalahkan dan apa yang ingin aku sampaikan, kenapa aku merasa perlu untuk marah.
dan rasanya pesanku tersampaikan. tidak menjadi debat adu kusir tanpa juntrungnya. selesai. titik. tidak bergeser ke masalah masalah lain yang tidak penting dan tidak perlu aku permasalahkan. cukup hanya satu masalah yang menggangguku. dan hanya itu.
tapi kok…
setelah selesai marah dan menyampaikan keberatan, aku malah jadi berasa bersalah yak?
yang ada aku merasa sangat bersalah karena sudah jujur.
aneh.
yang ada aku jadi merasa sebenernya gag perlu marah marah tadi. gag perlu bukan karena masalahnya tersebut gag penting untuk aku permasalahkan. bukan juga karena aku gag perlu mengutarakan hal yang menggangguku. tapi lebih karena… *berpikir*… gag perlu karena seharusnya bisa aku pikir sendiri, bisa aku redam sendiri, bisa aku netralkan sendiri?!
i can do it by my self!
wohoo… sombongnya diriku!
ya iya siyh, bisa saja aku diamkan saja. dan pasti bisa aku selesaikan sendiri. secara tidak ada apapun yang kita hadapi yang melampaui batas kemampuan maksimal kita, bukan?
tapi… apa ya bener jika aku menyelesaikannya sendiri?
satu. karena aku jadi berbohong terhadap diriku sendiri, berbohong terhadap orang lain.
dua. karena aku jadi egois dan mempelajari satu pembelajaran itu sendirian. aku tidak mengijinkan orang lain untuk ikut belajar.
tiga. karena aku jadi mempersulit hidupku sendiri dan membuat lebih mudah hidup orang lain dengan mengorbankan hidupku sendiri.
empat. semua pihak tidak akan belajar hal baru. setidaknya belajar menghadapi masalah seperti ini, bagaimana merespons aksiku dan bagaimana aku mengendalikan diriku serta bagaimana aku bereaksi atas reaksi orang laen tersebut.
lima. again… aku pretending.
enam. orang lain akan tidak bisa melihat “jeleknya” aku ketika sedang marah.
tujuh. dan aku rasa masih banyak alasan bagus laennya yang membuat acara marah-marahku tadi siang adalah wajar dan ada baiknya juga.
bukan. ini bukan pembenaran atas marah-marahku tadi. aku hanya bingung dan merespons secara alami atas perasaan bersalahku karena sudah jujur dan berekspresi apa adanya.
hmph… emang susah ya untuk berubah… susah banget 😐 .
dan insyaALLAH semua masih bisa dikendalikan.
baidewei, makasih untuk kritikan pedasnya temans…
aku senang karena pendapat kalian tentangku banyak yang buruk dan kalian mengucapkannya dengan lugas tanpa muatan emosi. sekedar feedback saja untukku, kalian bilang begitu.
dan ya, aku tidak merasakan adanya “muatan negatif” dari setiap ucapan kalian, temans…
rasanya senang karena masukan dari kalian membuat aku semakin sadar diri dan juga karena aku jadi tahu, meskipun aku sejelek apa yang kalian bilang, kalian tetep berteman baik denganku tanpa kedok palsu dan bermanis muka ke aku.
setidaknya aku semakin bisa melihat betapa tulusnya kalian untuk berteman denganku dan betapa kalian bisa menerima aku apa adanya tanpa pemaksaan bagiku untuk berubah. bukankah itu arti sesungguhnya dari berteman dan menerima apa adanya?
sungguh, bagiku lebih indah ketika mengerti betapa kalian tidak terbutakan oleh “rasa sayang” kalian padaku dan bisa melihat hal-hal buruk padaku dan tetap menerimaku daripada kalian hanya melihat hal baik padaku karena jika kalian hanya melihat hal baik padaku, aku mengartikannya bahwa kalian telah terbutakan oleh “rasa sayang” ke aku.
dan aku masih merasa aneh karena marah marah
😛
memang susah ya kalo udah tercetak sebagai cewek yang baik hati *tetep narsis 😀 *
eniwei, have a great day epriwan…
drop me a line or two ;)