gudang saya penuh. makanya hari ini aku jadi sok rajin dan sok bersih.
dan ternyata rajin dan bersih itu tidak merugikan! (teori baru lhoh! 😀 )
buktinya, aku menemukan satu harta yang tertimbun sampah-sampah tidak berguna 🙂
here it is…
Plato adalah murid Socrates yang terbaik. Idenya tentang dunia ideal membuat sebagian sejarawan berpendapat bahwa ada kemungkinan ia sudah berkenalan/mengenal dengan agama tauhid sebelum atau semasa ia menyusun alur filosofi-nya.Salah seorang muridnya yang terkenal adalah Aristoteles.
Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta, Guru? Bagaimana saya bisa menemukannya?”
Gurunya menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu ke sana dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta.”
Plato pun berjalan, dan tidak berapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?”
Plato menjawab, “Saya hanya boleh membawa satu ranting saja, dan saat berjalan pun tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya saya telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi saya tak tahu apakah ada ranting yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi saya tak mengambil ranting tersebut. Saat saya melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru saya sadari bahwa ternyata ranting-ranting yang saya temukan kemudian tidak sebagus ranting yang tadi, jadi tak saya ambil sebatangpun pada akhirnya.”
Gurunya kemudian menjawab “Jadi itulah cinta.”
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, “Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?”
Gurunya pun menjawab, “Ada hutan yang sangat lebat didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan.”
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa sebatang pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/ subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?”
Plato pun menjawab, “Sebab berdasarkan pengalaman saya sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata saya kembali dengan tangan kosong. Jadi di kesempatan pertama saya lihat pohon ini, dan saya rasa tidaklah jelek-jelek amat, jadi saya putuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Saya tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya.”
Gurunya pun kemudian menjawab, “Dan ya, itulah perkawinan.”
~~
membaca cerita di atas, kamu belajar apa?
semoga belajar hal baru yang bermanfaat yah? seperti aku 🙂
(to be honest, tetap ada pelajaran penuh hawa skeptic di atas 😛 , gue gitu lhoh! 😀 )
drop me a line or two ;)