Archive for June, 2008

lagi-lagi

talking about sinkronitas/pertanda/firasat/whatever, you named it lah *ya, ya, lagi-lagi topik ini*, rasanya beberapa hari terakhir ini benar-benar bikin emosi terbangun antara bete, lutju, nyebelin, gag masuk akal, dan menyenangkan (i dont know which one is more profound).

jika dalam dunia kartun, komik, dan animasi, aku akan menggambarkan diriku (dengan muatan emosi se-complicated di atas) sebagai sosok ibu-ibu yang memakai kebaya plus kain panjang, rambut digelung yang dari penampakan muka terlihat sangat kalem dan anggun dan tipikal wajah yang tidak beriak maupun bergejolak, yang mendadak mengikat ujung kebayanya, mengangkat kain panjangnya, lalu bergegas mendaki bukit dan begitu sesampainya di puncak si ibu itu hanya memandang kekejauhan dengan sinar mata yang setajam silet dan raut muka yang tetap dingin.

tidak ada kejadian yang ‘nendang’ dan ‘nonjok’ banget hanya saja, tamparan halus justru semakin sering terjadi tanpa melihat waktu dan tempat justru di saat sedang berada dalam lingkaran semangat 45 to get over it, all of it.

dan itu membuat emosi menjadi apa ya… bukan labil, alih-alih dari benci malah menjadi spicles karena merasa how funny it was.

no, i did not do anything juga karena i dont want to do anything, and i’m not supposed to do any kind of action. hanya boleh diam.

tapi bukannya keadaan menjadi tenang, keadaan malah bergolak dan jalan yang terbuka lebar di depanku adalah justru jalan di mana aku HARUS marah-marah dan membuat kekacauan lainnya.

seolah…

satu luka di punggung akibat tusukan dari orang yang dulunya kuanggap tidak akan pernah bisa menusukku dari belakang, yang akhir-akhir ini semakin cepat mengering, mendadak ada satu tangan tak bertuan yang menusukkan pisau yang lebih berkarat di bekas luka tersebut. in the same exact place.

haha! sakit tapi lutju karena aku tidak tahu tangan siapakah itu, aku juga heran kenapa aku hilang kewaspadaan, dan hebatnya lagi, semakin aku berkelit semakin sakit tusukan itu.

dan juga luka itu sudah tidak mengeluarkan darah, meskipun kadar perihnya masih sama.

apa memang aku seharusnya membuka jalur komunikasi dengan semua pihak yang terkait lalu memarahi mereka ya?

untuk apa?

untuk meminta penjelasan? lalu setelah itu apa lagi?

untuk menunjukkan kesalahannya? buat apa yak? kalo dia mah tipe yang gag bisa menerima masukan orang lain. selama bukan diana sendiri yang menyadari apa kesalahannya, gag guna juga aku meneriakkan daftar kesalahannya. so?

tapi ya itu, sinkronitas/pertanda/sign/energi… akhir2 ini berasa pekat banget terhubung padanya.

and some how, it’s scary.

anyway, kenapa tiger type terbaru semakin banyak berkeliaran di Surabaya ya? tipe terbaru dengan modifikasi  yang 99% sama (windshield, knalpot, warna). brought a lot of memory dan jadi berpikir yang tidak-tidak 😀 .

hm… wondering, apa emang seharusnya i do something yak?

*berpikir*

naa… =; .

Advertisement

Sahabatku Bintang

ada yang punya MP3 atau video dari lagu ini kah?

Sahabatku Bintang, cipt. Trie Utami
Vokal: Kita-Kita (Bashira, Monica, Alvin, Willy)

Sahabatku bintang, terang cemerlang,
bertebaran di angkasa.
Sahabatku bulan terangi malam,
sang purnama mulai tiba.

Temani aku dalam lelap tidurku.
Temani aku dalam mimpi indahku.
Menari-nari di alam semesta.

Sahabatku alam terima kasih,
Esok kujelang bersamamu.

mau donk…

*capek dan desperado searching lagu tersebut*

anyone?

ini lagu tahun kapan ya?

*melirik ke nunz* rasanya pas awal kita kuliah, ya bu? karena seingatku, setiap nyanyi lagu ini trus kita sambung ke Alam, teman kuliahmu tersebut.

bener gag bu?

ADA YANG PUNYA MP3 ATAU VIDEONYA KAH?

MAU!

on a lazy weekend.

weekend kemaren sedang dalam mood yang amat baik untuk mencermati *halah!* beberapa pilem. ada atonement, the eye, avatar, before sunset, my girl and i, reign over you, jane eyre, dan beberapa pilem laennya.

oleh karena itulah aku bilang kalau banyak yang harus diabadikan, karena niat baikku adalah untuk mereview beberapa pilem yang dalam beberapa wiken ini sedang sering digauli.

dari pergaulan itu, ada beberapa quote yang menarik, diantaranya adalah:

avatar:

“memang kadang sakit untuk punya harapan tapi lebih sakit jika peduli.”

“terkadang hidup seperti terowongan gelap ini, selalu ada cahaya terang diujung sana hanya saja kita harus terus berjalan.”

Monalisa smile:

“Perubahan butuh waktu dan kau tidak membiarkan waktu mengejarmu.”

Before sunset:

“Memory is a wonderful thing if we dont have to deal with the past.”

ada beberapa pilem yang emang diniati untuk retongton seperti monalisa smile, before sunset, jane eyre. dan kesimpulan dari retongtong tersebut adalah, “MUST HAVE THEM!”

bukan karena pilem-pilem retongtong itu hebat dari segi tekniknya, atau apa, tapi i just love the way they brought the story.

before sunset. adakah yang tidak menyukai pilem ini? (plus before sunrise yang unfortunately, i cant find it anymore 😦 ). betapa keseluruhan cerita tersampaikan dengan manis, lugas, wajar, padat, pas, berkesan, ringan tapi bermakna, dengan scene yang hanya berupa obrolan dari 2 orang tokoh utama dengan rute toko buku hingga apartment. dan itu hanya berisi obrolan dua orang saja.

aku membayangkan justru karena adegan hanya simple berupa obrolan 2 tokoh sepanjang cerita tersebut, obrolan yang diabadikan oleh kamera berjalan, dan obrolan itu bukan sekedar obrolan tanpa makna, bukan sekedar nice chit chat saja tapi penuh dialog-dialog cerdas tanpa aroma menggurui, tanpa ketidakwajaran.

dengan keminiman scene (95% hanya memperlihatkan obrolan antara Jesse, played by Ethan hawke, dan Celine, played by Julie delpy, selama perjalanan mereka menuju apartment Celine), tentu pada awalnya sudah terbayang betapa membosankan pilem ini, bukan? oh, come on, adegan semenarik apa siyh yang bisa disuguhkan dari dua orang yang berbicara tanpa henti sambil berjalan?

but you are wrong jika beranggapan seperti itu karena sepanjang pilem tersebut, semua mengalir wajar, pas, natural tapi penuh makna dan full cerita dengan dialog yang sangat cerdas TANPA AROMA MEMBOSANKAN SEDIKITPUN. bahkan keromantisannya pun ditunjukkan dengan cerdas.

haha… aku yakin, tidak akan habis aku menceritakan kekagumanku atas satu pilem ini jika aku tidak dengan terpaksa sukarela menghentikannya sendiri.

kesimpulannya? MUST HAVE THEM, karena keunikan dan keindahannya.

lalu ada Jane eyre, salah satu adaptasi dari novel karya Charlotte Brontë.

apa yang aku suka dari pilem ini ya? somehow, ketika melihat pilem serial ini, aku langsung teringat kepada pilem Pride and Prejudice dan beberapa novel karya Jane Austen.

apa yang aku lihat mirip dari Jane Eyre dan beberapa novel karya Jane Austen? adalah kemiripan dari tokoh wanita dan tokoh pria-nya.

Tokoh wanitanya selalu tipikal tokoh wanita keras kepala, cerdas, pandai berkata-kata, pedas dalam berkata-kata, mempunyai kesinisan tertentu, (oh, am i talking about myself? 😛 ) dan menyukai para pria yang selalu seperti tokoh pria dalam lawan mainnya ini.

Tokoh prianya selalu tipikal tokoh yang jutek, sinis, berkharisma, penuh aura gelap, tidak suka bermanis mulut.

lalu jika Jane Eyre dibandingkan dengan Pride and Prejudice? both of them punya dialog yang cerdas tanpa terkesan menye-menye dan rendahan.

for me, they both are parfait!

oh, sudahlah! tidak perlu membaca ini berlama-lama. tongtonlah!

gosipnya nee…

*juragan gosip bertampang serius mode on banget!*

eh, eh… udah pada tau kan tentang satu acara lawak yang sedang happening buanget?!

soalnya satu acara tersebut memegang rating tertinggi untuk kategori acara lawakan. dan sejauh pengamatan juragan gosip, banyak orang yang sudah terkena virus gaya becandaan dari acara tersebut.

tau kan? tau kan? acara yang aku maksud ini?

itu tuwh, yang tayang di S**V setiap hari jam 18:00 kalo gag jam 18:30WIB.

lutju sekali, bukan?

soalnya juragan gosip selalu tidak berhenti tertawa terbahak-bahak hingga muntah-muntah akibat kelutjuan acara tersebut.

eugh… berita basi yak?

yaa, maklumlah. sini emang dapat gelar juragan gosip tapi sini kan akhir-akhir ini tidak terapdet, beda sama situ yang gawl dan sudah dari awal mendeteksi acara di S**V yang tayang setiap hari di jam 18:00 atau 18:30WIB bakal merajai kancah dunia per-lawak-an.

tapi situ deal sama sini kan kalo sini bilang acara tersebut mengalahkan XtraV*****A dalam hal kelutjuannya, bukan?

situ juga lebih parah dan lebih gila ketawanya dibanding sini kalo melihat acara tersebut, bukan?

memang, juragan gosip minta ditendang yeuh?

*lempar semua shitnetrong ke ujung timbuktu*

d’oh…

*juragan gosip bertampang serius mode off*

P.S.:

ada banyak yang mau diabadikan di sini, saking banyaknya jadi bingung memulai. bikin draft satu-satu aja kali yak?

*misi dimulai*

it’s not it

-. anak itu mencuri uangku, Rp.5000,-. dan dia sudah mengakui kalau dialah yang mengambil uangku tanpa seijinku.

+. ah, hanya lima ribu rupiah saja, lupakan dan maafkanlah anak kecil itu.

-. bukan masalah nominalnya tapi aku tidak suka perbuatannya.

+. iya siyh, tapi kan dia masih kecil dan uangmu yang diambil juga kecil kan? jadi sudahlah, lupakan saja. cuman lima ribu rupiah saja gitu lhoh.

-. bukan nominalnya. sama sekali bukan masalah nominalnya. dan aku tidak marah karena uangku yang lima ribu rupiah yang diambilnya. tapi aku tidak suka atas ide bahwa anak sekecil itu telah mencuri. MENCURI itu point utamanya.

~~

akhir-akhir ini sering meradang hanya gegara hal seperti di atas. bukan, bukan hal bahwa uangku dicuri sebesar lima ribu rupiah.

tapi meradang atas ide betapa beberapa orang di sekitarku (dan mungkin juga aku) masih sering salah memandang suatu hal, mengambil point intinya. dan betapa susahnya untuk membuat beberapa lawan bicaraku tersebut untuk melihat dari sisi yang lebih luas, sisi yang berbeda tersebut.

seperti kasus di atas.

aku fokus pada point “MENCURI” sementara lawan bicaraku fokus pada point “NOMINAL YANG DICURI”.

dan karenanya aku dianggap tidak berbelas kasihan dan kejam.

kasus lain.

aku fokus pada point “JANGAN MEMANJAKAN” sementara lawan bicaraku fokus pada point “KASIHAN”.

jika saja tindakan atas dasar kasihan (menurut lawan bicaraku tersebut) dilakukan baru satu atau dua kali SAJA, maka aku bisa menerima dan memaklumi serta meng-amin-i tindakan berdasar rasa kasian tersebut tetapi karena aku tahu bahwa tindakan tersebut telah berulang-ulang terjadi sebelumnya, aku sudah tidak bisa lagi melihat tindakan tersebut sebagai suatu tindakan berdasarkan rasa kasihan semata. aku sudah positive melihatnya sebagai suatu bentuk pemanjaan dan ketidakberanian untuk bertanggung jawab, ketidakberanian untuk “bermasalah”.

dan karenanya aku dianggap tidak berbelas kasihan dan kejam.

please, put your shoes on mine.

do you think that i really have no mercy at all?

do you still think that no matter how hard i behave it’s all because i hate you and it’s because i have no mercy at all for you?

dont you ever consider and think that i take this side, i act this hard for you just because i care, love, and really want you to be strong and good? just because i want you to have a gut to deal with problems that you make.

oh, well, Tuhan, aku meletakkan koperku.

jendela

Jendela kusam yang terbuka itu akan selalu ada di dunia lainku. pemisah dan penghubung antara aku dan kamu. tempat kita tertawa dan merutuk, saksi tangis dan sindiran kita, korban amarah dan air mata ku.

pernah kamu membelakangiku, hanya memberikan punggung lebarmu kepada mataku. dingin. saat yang sama di mana aku tahu kamu sedang memandang mata seseorang. dingin dan pedih menghunjam di hati.

lalu suatu saat kamu hanya berdiri memandangku, tersenyum tulus, lalu mengembangkan kedua lenganmu sambil berucap, “kemari, lalui jendela tua itu. datang padaku.”

dan aku hanya memandangimu dengan seksama dari pinggiran jendela itu sambil tersenyum.

Jendela kusam ini, selalu terbuka. membiarkan angin bebas menebas menerobosnya. mengijinkan sapaan, tawa, tangis, umpatan, permohonan untuk melintasinya.

semakin lama semakin tua, kusam, rapuh. terbasuh embun, diseka matahari. mengunci mimpi, mematri asa.

Jendela kusam ini, dengan tambahan jejak hujan di sini, guratan waktu di sana. kokoh dalam kerapuhannya.

satu titik yang tidak terlawankan meskipun nanti suatu saat ketika dia roboh. dalam absurditasnya dia berkuasa.

mungkin di suatu senja yang indah nanti, sewaktu jendela kusam itu masih bertahan dalam kekusamannya yang angkuh, kamu yang akan bernyali untuk menyeberanginya dan merengkuhku. tapi jika begitu, kamu bukan kamu lagi.

pertaruhan dan pertarungan ini terlalu berat.

sudahlah, cukup di sini saja. cukup kita menikmati senja dalam rengkuhan jendela kusam ini. dan tidak membiarkan dia merapuh dalam sepi.

mungkin nanti ada jendela lain yang mengijinkan kamu seberangi.

tunggulah.

jejak

ini rumah barumu. demikian aku mempersilahkan kamu.

dan ini pasti akan jadi sudut favoritmu. demikian pula aku mengenalkanmu pada satu pojok temaram dekat air mancur di kolam belakang rumah.

usang dan kusam. itulah komentarmu ketika membuka pintu rumah itu. (tak lupa akan kernyit di dahimu dan sudut bibir tipismu yang melengkung ke bawah)

kenapa begitu banyak retakan di dindingnya? itulah pula komentarmu ketika menelusuri jejak kehidupan di rumah itu.

ya, pojok ini indah dan pasti menjadi sudut favoritku. terlihat sedikit binar penuh gairah di matamu.

ijinkan aku duduk sebentar untuk menghayati roh rumah baruku di sudut ini. pintamu dengan binar penuh permohonan.

dan kau tepuk-tepuk serta kau tiup timbunan debu di bale kusam yang sudah ada di sudut tersebut, seolah debu itu adalah jejak kehidupan lalu yang ingin kamu hapus untuk kamu taburi dengan jejak kehidupanmu.

nah, sudah bersih dan nyaman untuk duduk di sini. duduklah denganku, di sampingku ini. pintamu.

sadarkah kamu, debu-debu itu tidak hilang tapi hanya melayang untuk sejenak saja lalu hinggap dan menitipkan nyawanya di sekitarmu.

selamanya menemanimu.