Archive for August, 2008

adalah…

imas adalah…

i= Impulsive

m= Moody

a= Aquarius

s= Selfish

hihihihihihihihihihihi… mendadak terpikir gini siyh, buw 😛

duwh, lagi blogging blue. gag tau kudu menulis apa lagi.

ayo, imas…semangat!

mana keluhanmu?

bukankah satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan dengan baik dan benar adalah mengeluh? kalau sudah tidak bisa mengeluh begini, lha trus buat apa kamu hidup?

huehehehehehehe… *roflol*

tobat!

si ide ke mana yak?

Advertisement

aren’t we all?

Seneng deyh, seneng deyh, seneng! Hihihihihihi…

Oke, berlebihan kalau begini tapi…seneng! Kenapa?

Karena apa yang selama ini aku anggap benar di otakku, yang atas nama agama disanggah oleh orang lain (ok, setidaknya hanya 2 orang) yang mana dengan dasar agama tersebut pula mereka menempatkan aku as a sinner, and yup, i feel so terrible about it dan membuat aku meragukan kebenaran prinsip yang kuanut tersebut ternyata hari ini dibenarkan oleh seorang yang dengan dasar agama pula, dia memiliki kualitas yang tidak diragukan lagi untuk membicarakan hal tersebut.

Seperti:

+ imas, kamu durhaka sekali jika bersikap seperti itu, ingat gag hadits A? Jelas-jelas sikap kamu tersebut bertentangan dengan hadits A! Kamu mau masuk neraka?

– eugh, case per case lah. Jangan mencomot hadits sesuka itu. Dan jangan menyimpulkan seperti itu pula. Tidak semudah itu untuk menjudge orang lain.

+ apapun deyh! Yang jelas kamu salah jika masih bersikap seperti itu terhadapku. Aku memang salah padamu tapi jika kamu bersikap seperti itu, justru kamu lebih salah lagi. Jangan bersikap seperti itu, entar kamu dosa lho…

– …

Lalu…

– ust, mengenai hadits A dan jika saya bersikap begini dengan alasan seperti ini, salah ya?

+ haha, enggak lah! Gag bisa semudah itu untuk menyalahkan orang. Hadits A memang seperti itu intinya tapi jika dengan alasan itu dan sikapmu bertentangan dengan hadits A, bukan berarti kamu dengan mudahnya bisa diputuskan bersalah.

Ah, i feel so relieve this morning 😀

At that time, while listening to that lovely ustad 😛 , rasanya pingiiiin banget menghadirkan 2 sosok yang could be said “judge me” lalu membiarkan mereka berdua berdebat dengan ustad tersebut.

Ya, ya … ustad pun manusia dan ustad pun masih bisa salah tapi ketika diserang dari berbagai sisi dengan dalih agama lalu justru mendapatkan pembenaran dari orang yang hidup lebih dekat dalam kotak agama dibanding para penyerang, rasanya… senang! 😛

Oh, yeah… you may think that I defend myself. You bet deyh ah! Hihihihihihihi…

lalu acara wiken kemaren, it was fun. it really was 🙂 . oleh-oleh bagi otak yang sampai detik ini masih adem ayem wira-wiri di otak adalah pertanyaan, “apakah memang secara naluriah setiap orang itu selalu lebih mudah dan tergerak untuk dekat dengan orang lain yang setipe?” dalam artian on a first sight lhoh. yah, gegara bertemu dengan orang baru yang setelah bercakap beberapa lama ternyata we have so many things in common ajah. but it was great!

dimulai dari awal minggu kemaren, di mana 4 cewek ribut dan bersemangat sekali untuk meramaikan acara RW di wiken kemaren, eh, kecuali si raras denk secara dia jadwal rutin tiap minggu mah balik ke Malang ya buw 😀 . jadi ada tiyok, nuri, and me. jumat malam pun kita bertiga masih heboh dan bersemangat empat lima banget apalagi sampai jumat malam si nuri tetep tidak ada jadwal dadakan untuk minggu pagi (tidak seperti minggu-minggu biasanya ya bu 🙂 ). masuk ke sabtu malam, ributnya masih sama ya tapi entah kok rasanya semangat mulai menurun, hihihihihi… aku sudah mulai berpikir, “sudah, gag usah berharap bisa keluar bertiga deyh 😀 ” dan ternyata, minggu pagi pas jam 5 secara kita bertiga janjian untuk saling membangunkan tepat jam 5, si nuri dan tiyok sama-sama menjawab, “duwh, mba imas, gag jadi ikut yaa… pingin tiduran lagi nee.” huehehehehehehehehehe…

ya sud tokh, i was going ke tempat berkumpul sendirian dan yah, pesertanya banyak juga walopun hadiah utama hanya tivi 21′ mengingat di RW lain ada yang hadiah utama berupa yamaha mio. but it was great, ketemu orang baru, kenalan dengan ibu-ibu baru, mencoba masuk ke bahan rumpian mereka (which was failed lah 😀 ), dapat berbanyak vitamin yang menyegarkan. intinya siyh minggu pagi kemaren banyak mengucapkan “alhamdulillah”, hahahahahaha…

lalu ada satu sosok yang bikin penasaran banget, yang sebenernya memicu (ciyee bahasanya!) keinginan untuk ber-sms dan menanyakan satu topik yang bener-bener gag penting tapi gag jadi siyh secara pemandangan banyak yang perlu disyukuri gitu 😛 . sayangnya, sumber info di RW tersebut tidak terlalu tuob karena hal yang membuat aku penasaran malahan tidak terjawab sama sekali. eh, atau aku yang kurang handal dalam mengorek keterangan dan mengajukan pertanyaan yak? 😛

Anyway, fun and narcist conversation with a dear friend of mine happened last weekend through a short message and then a narcist call 😀 .

He sent me this question:

+ eh, bu.. lo prefer mana defeat someone (yang menurut lo adalah target operation “harus lo kalahin”) or defeat yourself?

– absolutely defeat myself lah pak 🙂 . why?

+ yourself? Yakin? Kenapa gitu?

– yup, 100% sure. Um… you ask why? Well, why not?! 😛 I think for many reasons kali yee 🙂

+ which are?

– eugh, you’re not going to give up until I said what’s in mind yak? Hehe…

And then he called me.

+ yaelah bu… hobi banget siyh memperpanjang percakapan? You’re not going to change our subject tokh?

– hihi… selama ada jalan untuk menunjukkan kenarsisanku, maka semua subyek percakapan akan aku arahkan ke arah narsismeku 😀

+ eeh, plis deyh! Bosen kaleee…

– ahahaha… but you like it, dont you?

+ um… I’m not going to answer that question before you answer mine. So?

– hihihi… yup, 100% sure that defeating myself is much more interesting than defeating somebody else. Like you 😀 . why? Not because you’re not interesting to be defeated but it just that our selves are much more interesting, rite? Knowing our selves, acknowledging our weakness is way more complicated and hard to do, rite? And how can I defeat somebody else if I can not defeat myself.

+ hm… interesting. Thanks ibu. It’s been always such a great pleasure to talk and debate with you, hahahahaha…I like you 😀

– you like me? Oh, no wonder. I knew it since the day we met.

+ argh, anj*rrr… narsis lagii!

– narsis? Who? Me? Enggak kalee… I’m talking about fact loh. It’s a fact, rite? You said it by yourself. Ahahahahahahha…

+ iye, iye… lu tu ye! Tiada detik tanpa narsis gini!

– tapi suka kaaannn, huwahahahahahaha…

+ eugh… give up!

– hehe… seriously, kenapa gitu nanya hal gag penting spt di atas? Heran deyh, orang IT kenapa nanyanya macam ginian yak? Dulu salah jurusan ya mas?

+ hehe… nope, just something in mind aja. You have the same idea with me but surprisingly, a lot of friends think that defeat others are much important and fun to do.

+ hmm… I dunno, kesannya mengalahkan orang lain seolah bahwa penilaian keberhasilan dari masyarakat dihitung dari siapa yang kita ungguli, well, itu yang kutangkap dari alasan2 mereka siyh, sementara mengalahkan diri sendiri, dari alasan ibu dan sedikit penilaian dari diriku sendiri, rasanya kita berdua mengakui bahwa there is something wrong with our selves that’s why we think that defeating our selves is much important. Begitu bukan, bu?

– hm… “merasa masih ada yang salah dengan diri kita sendiri”? aren’t we, all?

+ er… iya ya? Aren’t we all? Haha… thank you ibu for the enlightment. Jangan keseringan narsis yak? Basi tau!

– yah, basi siyh. Tapi masih ada yang meresponsnya dengan menyenangkan kok, ahahahaha…

+ d’oh, sial! Yo wis, ik mau balik pacaran lagi yee…

– aih, aih… jij ganjen sekali siyh 😀

+ ketularan ibu, bukan? Hahahahhahaa… skor sama!

– damn!

Well, well… aren’t we all?

six unbelievable days

sabtu malam, 16.08.2008

telah beberapa saat dan beberapa lama memendam rasa dan emosi. menahan kepedasan mulut untuk berkomentar-berargumen-berdebat-bersilat lidah-&-membela diri, menundukkan muka dan memadamkan bara api di mata, semua atas nama senioritas-respect-hormat-sayang.

sama sekali bukan atas alasan tidak berani ataupun merasa salah dan takut terkalahkan hingga akhirnya harus menurut dengan tidak tulusnya. semata hanya atas nama hormat-sayang-senioritas-respect.

bukan marah, apalagi benci, dendam pun tidak mempunyai kuota sedikitpun di hati. tidak pula merasa bingung, gamang, merasa terombang-ambing ataupun lost focus.

hanya merasa kesal dan tidak mengerti atas pemikiran-pemikiran tersebut. kesal yang sungguh sudah mencapai puncaknya hingga ke ubun-ubun. bukan marah dan bukan benci pun tidak dendam.

kekesalan yang sangat memuncak tetapi tidak bisa memasuki area amarah ini berbuah suatu…

apa ya…

ketidakpedulian.

ketidakbutuhan.

sungguh, saia sudah benar-benar tidak ada daya, tenaga, dan niat untuk membela diri, menyamakan persepsi, membuat orang lain paham. karena merasa sudah tidak ada gunanya lagi untuk mendapatkan pembelaan mereka, dukungan, maupun pemahaman.

it’s just enough.

tapi rasanya menyedihkan, ketika melihat beberapa orang justru berpijak di ranah yang sangat berbeda dengan apa yang aku maksudkan (bukan, bukan dalam konteks mengenai apa yang aku inginkan) dan melihat mereka keukeuh bertahan di situ.

inikah yang disebut sendiri?

enggak, aku tidak merasa sendirian maupun kesepian. justru aku merasa kasihan melihat mereka semua itu. i’m heading to the north, why are you, all of you, heading to the south?

mungkin juga justru mereka yang lebih benar dibanding aku. eh, ini bukan perkara benar dan salah dink. akan lebih tepat jika aku bilang, “mungkin juga justru arah yang mereka tuju dan tapaki adalah arah yang lebih simple dan mulus”, tapi garis finish yang terlihat berbeda sekali, kenapa aku harus bersusah payah mencapai garis finish yang tidak aku inginkan?

dan

sungguh, saia sudah benar-benar tidak ada daya, tenaga, dan niat untuk membela diri, menyamakan persepsi, membuat orang lain paham. karena merasa sudah tidak ada gunanya lagi untuk mendapatkan pembelaan mereka, dukungan, maupun pemahaman.

it’s just enough.

karena kamu sudah mempunyai persepsi sendiri tentang aku. karena kamu pun punya harapan tersendiri tentang aku. you want me to be a fullblooded angel. well, i can’t. and i wont say sorry for that.

semua hanyalah, terserah.

minggu malam, 17.08.2008.

God, what have i got myself into?

*tertawa terbahak penuh sarkasme dan kesinisan*

it’s not about getting mad and revenge, not at all.

for me, it’s just that…

i dont get over something like this easily. as easy as anybody else.

i cursed the day when i opened myself to this possibility, when i welcomed it.

well, ok, i participated in the ruining too, to be honest. you may blame me for this mess. but again, it’s not about getting mad and planning a sweet revenge. i dont want to plan any sweet or bitter revenge at all. but i’d be a cold hearted bitch if i say that i did not angry. i WAS angry AT THAT TIME. AT THAT TIME. THEN not NOW. (please, you dont have any time disorder, rite?)

yes, i disrespected you. i did it up to now.

for taking my ages, my years, my moments, for not paying a serious attention, for not listening, for teaching me about hatred, for teaching me not to trust anyone, for teaching me not to respect one institution. see, it’s not about i-hate-you-matter anymore, nor anger.

it’s all about what you teach me.

it’s all about how you show me how to protect myself.

and still you asked me to be a fullblooded angel for you? an angel with a H.U.G.E M.A.S.S.I.V.E positive thinking and attitude load for you? how could you?

you said, “it is normal if you hate me and get angry. i understand it.” but then you also said, “but please, dont forget to smile and be nice to me.” over and over again.

what do you mean by that?

oh, well, have i turned into a cold hearted-pathetic-bitter-sad-bitch in front of you? i have?

well, that’s great.

kamis siang, 21.08.2008.

it’s been a bloody hell days but hehe… selalu ada sisi-sisi lutju dan bisa diketawain hingga puas. so, i guess it will be okay.

thanks to you ya bu (kapan punya jurnal online, ibuu?)

kupikir setiap orang pasti mempunyai beberapa sahabat terhebat dalam satu atau dua hal. nah, bagiku, ibu muda itu adalah partner in crime yang hebad dalam urusan cela mencela 😀 . setiap curhat ke ibu muda ini, senista apapun isi curhatan tersebut, pada akhirnya justru kita sibuk mencela orang lain dengan kejumpnya dan curhatan gag penting tadi menjadi lebih berasa ringan dan solvable 🙂 .

so, i guess i should thank to you, bukan?

merci beaucoup, madame 🙂 .

anyway ibu,

i’m not sure whether this afternoon i beat my ego or not. well, i consider myself for following their scheme but deep down, i’m afraid.

i’m afraid all that i’ve decided this morning are only as my way to punish them, to show how wrong they are for putting me in this scheme, for wishing me to nod.

but you know tokh (ok, you may think that i defend myself) that all of this fight, my struggling, is hard. and you know damn well how tired i am.

do i give up in fighting my life?

maybe i am, bu.

maybe i am.

coba kau pikirkan

Pada awalnya kupikir just because of my lack of sleep a.k.a sleep deprivation ajah sehingga tadi pagi pas aku bangun jam 4 perut berasa mual, pandangan masih kabur, dan badan rasanya melayang. Jadinya first thing first adalah menenggak minuman tak berwarna sebanyak mungkin, lalu beraktifitas seperti biasanya.

Hingga jam 5 pagi hari, mendadak dunia semakin bising dengan ringtone deactive yang mendadak teriak-teriak, dan ternyata si-nona-tak-bermoral satu itu berhasrat untuk menyapaku 😀 , begitu aku sapa dengan nada suaraku yang paling seksih dan paling manis yang bisa dan memungkinkan untuk aku perdengarkan di pagi hari, si nona manis itu dengan penuh semangatnya berkata kalau tidak ingin dibilang berteriak siyh ya, “ibuuu dengerin deyh ini lagu kesukaanmu!” dan sepertinya si nona itu langsung mendekatkan hpnya ke corong radio jadulnya karena mendadak satu lagu dengan kencengnya memenuhi gendang telingaku yang sangat sensitive ini,

“Coba kau pikirkan, coba kau renungkan…”

sambil sayup terdengar nada ketawa jahanam bin tidak manis dari nona manis yang sangat tidak sopan serta tidak mempunyai sopan santun yang baik serta benar tersebut. Ugh!

Lalu apa yang terjadi, gejala-gejala yang tadi dini hari aku alami yang pada awalnya kupikir hanyalah gegara sleep deprivation aja, menyerangku lagi. Bahkan lebih parah dari yang tadi pagi, karena badan berasa limbung hingga merasa perlu sekali untuk berpegangan pada lemari baju di kamar serta perut rasanya mau meledak hingga merasa perlu sekali untuk buru-buru menenggak minuman yang waktu itu sudah berwarna kuning cerah cenderung orange tersebut. Oh my! Bener-bener siksaan pagi hari yang kejump!

Dan gegara hal ini, aku jadi teringat what was happened last night to me. Apakah itu?

Kemaren malam, aku mampir dulu ke supermarket sebelah kantor untuk membeli beberapa keperluan harian *melirik struck belanjaan*, ada hit, rinso, toblerone hitam, dan sunlight *info gag penting*, dan selama periode belanja tersebut, aku benar-benar disiksa habis-habisan gegara bebunyian yang amat mengganggu indera pendengaranku, tidak peduli seberapapun usahaku untuk belanja secepat mungkin tetapi akibat bebunyian tersebut, kaki, tangan, mata, dan otak menjadi tidak fokus dan kesulitan untuk mencari barang-barang yang aku perlukan *pingsan*.

Pada menit-menit pertama,

“jangan jangan kau menolak cintaku, jangan jangan kau ragukan hatiku…”

argh!

sebenarnya, sewaktu hendak memasuki lokasi supermarket tersebut, sayup-sayup terdengar ada soundtrack lagu tersebut dan sebenernya sudah berniat memundurkan langkah dan balik kanan grak! Tapi teringat aja kalo siksaan nyamuk malam hari lebih kejam dibanding musik yang tarolah HANYA akan berlangsung selama 3 menit saja, but i was wrong!

Karena begitu lagu jangan-jangan tersebut usai, langsung berganti dengan lagu,

“Coba kau pikirkan, coba kau renungkan…”

Ah, tidak! Not this song!

Rasanya pingin segera lari ke kasir dan membayar (kalau perlu pun tidak menunggu kembaliannya) biar segera terbebaskan. Tapi badan tidak kompak. Walopun otak sudah mengirimkan sinyal ke mata, tangan dan kaki untuk bergegas tetapi mata menjadi lost focus dan perlu waktu ekstra untuk menemukan barang-barang yang aku cari tersebut lalu tangan pun gemeteran sewaktu mengambil barang-barang tersebut.

So, I ended up being tortured by those two damn songs! Bayangkan, 2 lagu berturut-turut! *sigh*

Dan aku lupa akan teori bahwa lagu could be such a great brainwasher ever! Apalagi dua lagu tersebut secara berturut-turut. Coba ya, mana siyh tempat yang tidak memperdengarkan dua lagu tersebut? Gag ada, bukan? It plays everywhere and anytime, bukan?

Begitulah…

Karena kemaren sewaktu berjalan pulang dari supermarket tersebut dan sedang melakukan usaha positif untuk mengalahkan brainwasher tersebut sambil berdzikir, “lupa, lupa, lupa…” dan begitu tiba di kamar dengan kondisi kejiwaan yang sudah amat lebih baik, dengan sangat idiotnya aku menyalakan radio and guess what?

“Coba kau pikirkan, coba kau renungkan…”

Argh!

Iya, aku mematikan radio tersebut dengan bergegas tapi apa daya ya, lagu tipikal kaset rusak tersebut sudah terlanjur menjajah jiwa dan sukmaku sehingga walopun selama beberapa waktu ke depan banyak aktifitas sudah kulakukan bahkan juga rapat kost untuk yang pertama kalinya, lagu itu masih terngiang-ngiang di benakku (ada gag siyh penghapus isi benak?!)

Dan aku tidur dalam keadaan seperti itu, dalam keadaan alam bawah sadarku yang masih memutar ulang dan ulang dua lagu tersebut. Lalu terbangun dalam keadaan yang amat tidak wow! tersebut. Kupikir, dua lagu tersebut benar-benar secara nyata mempunyai andil besar dalam masalah kesehatanku.

Aduh, harus gimana lagi ya? Kalau seumpamanya Surabaya memberlakukan satu hari khusus tanpa dua band tersebut gimana? Oh, plus band yang lagunya “daradam… daradam…” itu juga denk! Bisakah? Please? Untuk kesehatan jiwaku dan aku yakin jiwa banyak orang lainnya juga!

Seriously, dua lagu tersebut benar-benar berefek sehebat itu padaku, bahkan jika ada yang punya tingkat kejahilan dan keisengan yang amat ekstrim padaku dan mengerjaiku dengan menyekapku dalam gudang gelap serta kedap suara dan hanya bertemankan satu music player yang berisikan dua lagu tersebut (plus daradam daradam juga) dan dimainkan terus menerus selama 1 jam saja, keluar dari gudang tersebut, aku bisa jadi zombie beneran.

and you’d better believe me kalo aku bilang bahwa sampai detik ini pun dua lagu itu masih terngiang-ngiang di benakku, semua nadanya, serta naik turunnya irama terutama pas “jangngan jangngan kau…” lalu juga “coba kau pikirkan…”, d’oh! *tepok jidat*

Aku tidak menyorot masalah musikalitas mereka, atau peruntungan atau apapun aspek dari mereka tersebut, aku hanya membicarakan tentang masalah selera. Dan seleraku adalah “sama sekali tidak“ untuk dua band (oke, 3 band) tersebut.

Masalah mereka bisa membuat hits dan menjual beribu-ribu keping dari album mereka? That’s out of my topic and my interest.

This song, it’s painful. It really is.

it’s black

You Are Winter!

Intelligent
Serious
Cozy
Calm
Shy

er… “shy” di sini artinya memalukan dan malu-maluin kah? kalau iya, berarti i’m definitely a winter 😛

anyway, di mana pun, di wordpress, plurk, & tumblr (the most updating journal), i’m black.

kalau kata sebuah lagu,

i wear black on the outside, ’cause black is how i feel on the inside.

haha… masih terkena kutukan yang itu-itu saja lhoh, heran!

hanya saja, kalau dulu kutukan itu hanya datang dari kiri dan kanan, tapi minggu ini kutukan itu datang dari sepuluh penjuru mata angin dan juga tersadarkan bahwa tidak baik untuk tergantung pada orang lain, untuk berharap memperoleh dukungan dan suntikan semangat dari orang lain (not even my family, i guess). but hey, i’ll deal with it.

mungkin itu juga kali ya yang membuat rasanya akhir-akhir ini dunia berasa bising sekali.

jadi apa kabar ku?

ca va bien!

hehe, dan karena sedang terdengar bising sekali tersebut, rasanya untuk left some things behind here (daripada otakku overload) justru gag bisa karena semuanya masih blom ada yang tiba di titik “the end”.

dan sedikit crucial bagiku juga siyh, takutnya jadi subjektif dan emosional sekali.

hey, i need my power gituh 🙂 .

untuk sekarang siyh masih blom bisa sharing bahkan ke beberapa sahabat apalagi ke keluarga. beberapa hari dan minggu yang lalu, lagi-lagi diajari untuk “not to trust anyone, anyone at all, including my family.”

so here i am, focus and try to solve everything one by one. ditampar bolak balik oleh beberapa hal yang dulunya kupikir bisa menjadi my everlasting power ever dan ternyata bukan, sambil tetap ngingetin diri bahwa semua ada resiko dan konsekwensinya, dan bahwa semua pilihan yang aku ambil ya harus aku pertanggungjawabkan dengan benar, bahkan ketika pertanggungjawaban tersebut adalah menentang arus, selama aku yakin itu yang aku inginkan dan tidak melanggar hal-hal yang kuanggap prinsip, ya… go for it.

so?

definitely i’m ok, i’m on my best condition, just need my little-tiny-time and ignoring some closest friends, sorry 🙂 . getting stronger aja kali yak?

tapi, bukankah dulu aku pernah bilang bahwa i’m not a tough girl, i’m just a damn good pretender, bukan?

hahahahaha…

indeed, life is so cruel yet funny.

merdeka?

KEMERDEKAAN SEJATI

HADIR DARI KEBERANIAN

MENGIKUTI KATA HATI

MERDEKA? sudahkah kita merdeka?

bagi saya? belum. hanyalah terjebak dalam bayangan semu dari proklamasi dan merdeka.

pst…pst… untuk iklan idul fitri dan puasa bulan depan, GG akan menampilkan iklan yang seperti apa ya? *wondering and waiting*

be gentle

hihihihihihihihihihihi…

pagi-pagi disapa teman dengan gegap gembita dan hanya untuk sharing dua video duo sakit jiwa. dan walhasil, sampai sekarang pun aku masih ketawa gila-gilaan hingga sakit perut gini =))

sebentar, mau nerusin ketawa ngakaknya dulu…

ok, i’m back 😀

last night, actually it’s been started since a month ago, more or less yak and last night a dear friend of mine sent me a short message that said, “imas, inget nomor asing yang kemaren dulu aku tanyakan? itu ternyata si Ex-ku lhoh tapi enggak mau ngaku gitu.”

– hee? eks-mu itu? lha dulu ngakunya kanca kuliah? hehe… lek eks-mu kenapa berbelit gitu yak? apa susah dan apa salahnya untuk menyapa, “hai, ini aku.” dengan gentlemen gitu 😀

+ soale pasti aku cuekin krn dia masih mengharapkan aku so aku mesti berhati-hati……

– bukannya dia juga sudah berkeluarga?

+ iyo, sudah punya anak juga

– hah? heran!

kasus lainnya,

a friend mencoba untuk berkomunikasi lagi denganku. amazingly, the way he responds all my actions (yup, dalam hidup yang penuh klausa sebab-akibat, dengan positifnya aku menempatkan diriku sebagai sebab dan dia sebagai akibat. padahal sebenernya tidak bisa sepositif dan se-sakleg gitu, bukan?) memberikan kesan akan kekagetannya atas aksiku dan “perkenanku untuk membuka diri”, bahwa aku mau untuk beraksi dan menerima responsnya tersebut.

dan sikap darinya tersebut, semua ucapannya yang baginya mungkin bermaksud untuk memberikan pujian dan rasa terima kasih atas perkenanku (aduh! bahasaku! 😛 ), aku merasa sebagai suatu sikap yang fake aja.

bukan fake atas rasa terima kasihnya karena aku menyambut dengan baik niat baiknya tersebut tapi apa ya… secara kronologis mungkin akan membantuku menjelaskan apa yang aku pikir dan rasa mungkin ya?

ok, gini,

+ salam

– ya, saya?

+ alhamdulillah mau disapa… (timbul satu kernyitan di dahiku)

lalu, mendadak saja listrik di kantor mati, so i’m off the line for a while. dan ketika akhirnya nyala dan aku sign in yahoo messenger lagi, ada beberapa offline messages, dan dari teman itu adalah:

+ kok off? masih belum siap ya?… (timbul lagi satu kernyitan di dahiku, total ada 2 kernyitan, bukan?)

– sorry, listrik off barusan.

setelah itu kita ngobrol. sebenernya ada beberapa kali lagi di mana kernyitan di dahiku bertambah satu per satu tapi masalahnya aku lupa apa aja itu dan untuk melihat log chatku dengannya, aku takut karena kompiku pasti hang seperti yang telah terjadi barusan ini =)).

i might be wrong ya karena sudah berasumsi sejelek itu dan karena sudah mengijinkan kernyitan-kernyitan tersebut timbul di dahiku karena seharusnya aku mengerti dan memahami kesulitannya untuk having that good attitude untuk menyapaku setelah i put him under restriction sign dan oleh karena itu, i should appreciate him for what he did, rite?

ok, bagaimana kalau percakapan di atas menjadi seperti ini (tentu dengan tujuan menghilangkan kernyitan di dahiku):

+ salam

– ya, saya?

+ maaf ya, aku memaksa ngobrol denganmu. aku takut dosa jika benar-benar memutuskan hubungan komunikasi jika diam saja. ga apa2 kan?

in this phase, ada dua kemungkinan jawabanku untuk pertanyaan tersebut, “ya, tidak apa-apa” atau “bukankan aku sudah meminta kamu untuk tidak menghubungiku lagi? apa susahnya siyh?”. dan untuk perkara responsku ini, bukankah ini resiko yang harus dia tanggung dan dia hadapi? i could be as nice as an angel could be dengan menjawab, “ya, tidak apa-apa” or i could be as bad as a devil could be dengan menjawab “maaf, ini siapa ya?”, hahahahhahaha…

kenapa aku mengharapkan dia untuk berkata, “maaf ya, aku memaksa ngobrol denganmu. aku takut dosa jika benar-benar memutuskan hubungan komunikasi jika diam saja. ga apa2 kan?”

karena setidaknya ada kejujuran di situ. kejujuran gimana?

dengan memilih kata-kata tersebut, dia mengakui bahwa dia memaksa membuka obrolan tersebut dan dia stick to a reason yang selama ini dia pegang yaitu tentang menjaga silaturahmi tersebut.

di sisi lain, dengan pemilihan kata-kata tersebut, dia juga mengakui bahwa we both are strong enough untuk membuka diri.

tidak dengan malah meresponsku dengan pemilihan kata, “alhamdulillah, mau disapa.”

kenapa dengan responsnya tersebut aku malah mengernyitkan dahiku?

entah ya, yang jelas aku menangkap kesan adanya suatu misperception mengenai niatku untuk menjauh dan tidak melibatkan diri dalam kehidupannya serta what he called dengan “tidak menjaga tali silaturahmi” dengannya.

what is wrong dengan tidak mau disapa?

hihihihihihihihihihi…

lalu ditambah dengan kalimat “masih belum siap ya?”

buwahahahahahahhahaha…

kenapa gitu harus merespons seperti itu? frankly speaking, i laughed. yeap, aku tertawa keras waktu itu dan it felt so (ini so-nya diucapkan dengan tambahan berbanyak o dan dengan gaya yang amat sangat lebay yak 😀 ) funny at that time.

out of the box ya, i’m off and it happens suddenly, berpikirlah luas and please get use to that out of the box idea tapi kenapa harus merespons ke-off-anku yang mendadak dengan, “masih belom siap ya?”

hihihihihihihihihihihihihihi…

satu hal, aku masih merasa adanya misperception yang sama. tapi ya, like i care gituh 😀

hal kedua, bukankah jika memang aku belum siap (whatever it means 😀 ) maka itu adalah resikonya? dan kalau memang sudah resikonya, kenapa masih mempertanyakannya?

hal ketiga, gag gentle bangeud seeehhh! i mean, dari awal sapaan hingga akhir sapaan penutup, betapa banyak kalimat-kalimat ambigu yang bertindak sebagai jalan keluar dan penyelamat. bingung?

haha, mungkin memang perlu untuk bercakap-cakap secara langsung dengan pelaku masing-masing supaya mengerti, bukan?

eh, eh… masih queen of queen of … dramaqueen banget yak? hihihihihihihihihihihihihi 😛

anyway, semua ini juga cuman kupikir pas kejadian tersebut sahaja dan meskipun aku bilang bahwa aku mengernyitkan dahiku berulang kali tapi dalam lebih banyak kesempatan aku pun tertawa meskipun dengan kerutan di dahi siyh 🙂 .

jadi obrolan ringan tersebut sudah aku lupakan dan tidak aku permasalahkan walopun pada kenyataannya pelajaran dari obrolan tersebut ternyata masih tersimpan di dalam alam bawah sadarku sehingga ketika ada satu pemicu yang mana adalah sms temanku mengenai eks-nya yang semalam aku terima membuat semua pelajaran tersebut timbul di otakku yang kacau balau dan masih mengalami kerusakan parah ini 😛 .

eh, eh, aku bilang aku banyak tertawa pas ngobrol dengannya? berarti bahagia bisa ngobrol dengannya gituh?

hahahaha… plis deyh, tell me what bahagia is baru aku bisa menjawab pertanyaan tersebut. lagian jika karena tertawa saja dan lalu dikaitkan dengan kebahagiaan akibat bisa ngobrol dengannya, hm… pendek sekali pemikiran seperti itu 🙂 .

tapi jujur yak, not a big deal and not even a small-tiny problem for me mengenai apapun mispersepsinya, maupun apapun tanggapan setelah membaca entry ini karena bukankah i dont have any control to your mind and brain? and vice versa of course.

karena obrolan dengan a dear friend of mine semalam melalui pihak ketiga bernama handphone aja aku jadi teringat akan hal ini.

apa hubungannya? apa pemicu? dan apa kaitannya antara kasus teman dan kasus di atas ini?

hmm…

para eks itu,

kenapa mempersulit komunikasi ini?

kalau memang respek terhadap kami, tentunya juga akan menghargai permintaan kami untuk gag usah menghubungi lagi (gag peduli apapun alasan permintaan ini ya), bukan?

kalau memang respek terhadap kami tapi merasa ada yang salah dengan permintaan kami (yang bisa terjadi karena tidak mengerti dan tidak paham serta tidak mau mendengar apapun alasan dari permintaan tersebut dan tetap dengan childishnya menganggap permintaan tersebut HANYALAH suatu akibat dari sakit hati aja), then please, go a head and say hi to us. but please, behave!

kenapa harus menyapa lewat sms dan menyembunyikan identitas aseli padahal dari suara, logat dan akibat pancingan cerdas temanku tersebut akhirnya terbuka juga identitas aseli si eks tersebut (walopun masih keukeuh disangkal juga).

kenapa juga merespons sambutanku dengan berlebihan gitu? it doesnt make any sense to me.

yeah, be gentle! kalo memang gag siap ditampar oleh kenyataan bahwa kita-kita masih tidak mau berhubungan apapun dan lebih memilih untuk “menanggung dosa akibat memutuskan tali silaturahmi” (oh, perlu aku ingatkan lagi tentang siapa yang berhak memutuskan berdosa tidaknya kita ini? sudah tahu, kan?) then dont do anything dan jangan menyapa kami.

ah, ngomong ini itu, pada dasarnya justru aku sendiri yang berlebihan bukan? 😛

just a reminder for myself aja siyh bahwa aku tidak suka orang-orang seperti di atas, yang tidak gentle dalam bersikap dan lebih sering bersikap lari dan berlindung ketika datang saatnya menanggung resiko, jadi semoga aku juga teringat selalu untuk tidak menjadi seperti mereka ini. amien!

anyway, si aki yang dulu ketemu dan kenalan di stasiun sawojajar pas periode naek komuter dulu, kemaren lagi-lagi datang ke kantor. dan begitu beliaunya membuka gerbang kantor, aku yang akses pemindaiku tak terhalang bebas lepas ke gerbang langsung reflek menjerit dan ngumpet di bawah meja kerjaku (padahal juga gag akan keliatan siyh 😛 ) dan itu membuat para bapaks dan ibu yang ada satu ruangan denganku kebingungan.

untung si OB sudah aku kasih kode sebelumnya bahwa jika tamunya aki tersebut, maka selamanya bilang aja aku keluar kantor sementara si ibu yang dulu pernah jadi tamengku dalam menghadapi si aki tersebut pun akhirnya melihat kedatangan si aki dan tertawa ngakak aja.

dan tahukah kamu apa keperluan aki tersebut?

kata OB, “bapak tadi cuman bilang gini bu, bahwa besok bapak mau pergi ke Lampung, mohon doanya saja.”

aku berpikir, “eh, apa urusannya denganku yak?”

tobat dah!

oiya, barusan aku pasang logo hut RI ke 63 😀 *seneng*

selamat tertawa temans 🙂

oiya, satu quote menakjubkan dari seorang sahabat dalam urusan caci maki 😀

“mungkin karena dia lebih merasa senang dan bahagia jika dianggap sesuatu atau disamakan dengan sesuatu oleh cowok yang mana teori seperti itu gag masuk di kita kan bu?”

hahaha… luv you buw 😀

oiya lagi, plurk-ing? tumblr-ing? of kors punyalah! cewek gaul gituh 😀

oiya lagi, lagi! aku tau resiko dari entry ini, once i hit the publish button. dan i know i’m ready for it, whatever it is 🙂 .