Posts Tagged ‘review’

coba kau pikirkan

Pada awalnya kupikir just because of my lack of sleep a.k.a sleep deprivation ajah sehingga tadi pagi pas aku bangun jam 4 perut berasa mual, pandangan masih kabur, dan badan rasanya melayang. Jadinya first thing first adalah menenggak minuman tak berwarna sebanyak mungkin, lalu beraktifitas seperti biasanya.

Hingga jam 5 pagi hari, mendadak dunia semakin bising dengan ringtone deactive yang mendadak teriak-teriak, dan ternyata si-nona-tak-bermoral satu itu berhasrat untuk menyapaku 😀 , begitu aku sapa dengan nada suaraku yang paling seksih dan paling manis yang bisa dan memungkinkan untuk aku perdengarkan di pagi hari, si nona manis itu dengan penuh semangatnya berkata kalau tidak ingin dibilang berteriak siyh ya, “ibuuu dengerin deyh ini lagu kesukaanmu!” dan sepertinya si nona itu langsung mendekatkan hpnya ke corong radio jadulnya karena mendadak satu lagu dengan kencengnya memenuhi gendang telingaku yang sangat sensitive ini,

“Coba kau pikirkan, coba kau renungkan…”

sambil sayup terdengar nada ketawa jahanam bin tidak manis dari nona manis yang sangat tidak sopan serta tidak mempunyai sopan santun yang baik serta benar tersebut. Ugh!

Lalu apa yang terjadi, gejala-gejala yang tadi dini hari aku alami yang pada awalnya kupikir hanyalah gegara sleep deprivation aja, menyerangku lagi. Bahkan lebih parah dari yang tadi pagi, karena badan berasa limbung hingga merasa perlu sekali untuk berpegangan pada lemari baju di kamar serta perut rasanya mau meledak hingga merasa perlu sekali untuk buru-buru menenggak minuman yang waktu itu sudah berwarna kuning cerah cenderung orange tersebut. Oh my! Bener-bener siksaan pagi hari yang kejump!

Dan gegara hal ini, aku jadi teringat what was happened last night to me. Apakah itu?

Kemaren malam, aku mampir dulu ke supermarket sebelah kantor untuk membeli beberapa keperluan harian *melirik struck belanjaan*, ada hit, rinso, toblerone hitam, dan sunlight *info gag penting*, dan selama periode belanja tersebut, aku benar-benar disiksa habis-habisan gegara bebunyian yang amat mengganggu indera pendengaranku, tidak peduli seberapapun usahaku untuk belanja secepat mungkin tetapi akibat bebunyian tersebut, kaki, tangan, mata, dan otak menjadi tidak fokus dan kesulitan untuk mencari barang-barang yang aku perlukan *pingsan*.

Pada menit-menit pertama,

“jangan jangan kau menolak cintaku, jangan jangan kau ragukan hatiku…”

argh!

sebenarnya, sewaktu hendak memasuki lokasi supermarket tersebut, sayup-sayup terdengar ada soundtrack lagu tersebut dan sebenernya sudah berniat memundurkan langkah dan balik kanan grak! Tapi teringat aja kalo siksaan nyamuk malam hari lebih kejam dibanding musik yang tarolah HANYA akan berlangsung selama 3 menit saja, but i was wrong!

Karena begitu lagu jangan-jangan tersebut usai, langsung berganti dengan lagu,

“Coba kau pikirkan, coba kau renungkan…”

Ah, tidak! Not this song!

Rasanya pingin segera lari ke kasir dan membayar (kalau perlu pun tidak menunggu kembaliannya) biar segera terbebaskan. Tapi badan tidak kompak. Walopun otak sudah mengirimkan sinyal ke mata, tangan dan kaki untuk bergegas tetapi mata menjadi lost focus dan perlu waktu ekstra untuk menemukan barang-barang yang aku cari tersebut lalu tangan pun gemeteran sewaktu mengambil barang-barang tersebut.

So, I ended up being tortured by those two damn songs! Bayangkan, 2 lagu berturut-turut! *sigh*

Dan aku lupa akan teori bahwa lagu could be such a great brainwasher ever! Apalagi dua lagu tersebut secara berturut-turut. Coba ya, mana siyh tempat yang tidak memperdengarkan dua lagu tersebut? Gag ada, bukan? It plays everywhere and anytime, bukan?

Begitulah…

Karena kemaren sewaktu berjalan pulang dari supermarket tersebut dan sedang melakukan usaha positif untuk mengalahkan brainwasher tersebut sambil berdzikir, “lupa, lupa, lupa…” dan begitu tiba di kamar dengan kondisi kejiwaan yang sudah amat lebih baik, dengan sangat idiotnya aku menyalakan radio and guess what?

“Coba kau pikirkan, coba kau renungkan…”

Argh!

Iya, aku mematikan radio tersebut dengan bergegas tapi apa daya ya, lagu tipikal kaset rusak tersebut sudah terlanjur menjajah jiwa dan sukmaku sehingga walopun selama beberapa waktu ke depan banyak aktifitas sudah kulakukan bahkan juga rapat kost untuk yang pertama kalinya, lagu itu masih terngiang-ngiang di benakku (ada gag siyh penghapus isi benak?!)

Dan aku tidur dalam keadaan seperti itu, dalam keadaan alam bawah sadarku yang masih memutar ulang dan ulang dua lagu tersebut. Lalu terbangun dalam keadaan yang amat tidak wow! tersebut. Kupikir, dua lagu tersebut benar-benar secara nyata mempunyai andil besar dalam masalah kesehatanku.

Aduh, harus gimana lagi ya? Kalau seumpamanya Surabaya memberlakukan satu hari khusus tanpa dua band tersebut gimana? Oh, plus band yang lagunya “daradam… daradam…” itu juga denk! Bisakah? Please? Untuk kesehatan jiwaku dan aku yakin jiwa banyak orang lainnya juga!

Seriously, dua lagu tersebut benar-benar berefek sehebat itu padaku, bahkan jika ada yang punya tingkat kejahilan dan keisengan yang amat ekstrim padaku dan mengerjaiku dengan menyekapku dalam gudang gelap serta kedap suara dan hanya bertemankan satu music player yang berisikan dua lagu tersebut (plus daradam daradam juga) dan dimainkan terus menerus selama 1 jam saja, keluar dari gudang tersebut, aku bisa jadi zombie beneran.

and you’d better believe me kalo aku bilang bahwa sampai detik ini pun dua lagu itu masih terngiang-ngiang di benakku, semua nadanya, serta naik turunnya irama terutama pas “jangngan jangngan kau…” lalu juga “coba kau pikirkan…”, d’oh! *tepok jidat*

Aku tidak menyorot masalah musikalitas mereka, atau peruntungan atau apapun aspek dari mereka tersebut, aku hanya membicarakan tentang masalah selera. Dan seleraku adalah “sama sekali tidak“ untuk dua band (oke, 3 band) tersebut.

Masalah mereka bisa membuat hits dan menjual beribu-ribu keping dari album mereka? That’s out of my topic and my interest.

This song, it’s painful. It really is.

Advertisement

into the wild – 2007

i have seen the movie, nunz has read the book.

how can i tell you about this movie ya… it was so astonishing and astounding for me. astonishing for his idea, astounding for his courage.

what idea? what courage?

this one:

chris: No, man. Alaska, Alaska. I’m gonna be all the way out there, all the way fucking out there. Just on my own. You know, no fucking watch, no map, no axe, no nothing. No nothing. Just be out there. Just be out there in it. You know, big mountains, rivers, sky, game. Just be out there in it, you know? In the wild.

Wayne: In the wild.

Chris: Just Wild!

Wayne: Yeah. What are you doing when we’re there? Now you’re in the wild, what are we doing?

Chris: You’re just living, man. You’re just there, in that moment, in that special place and time. Maybe when I get back, I can write a book about my travels.

Wayne: Yeah, why not?

Chris: You know, about getting out of this sick society. Society!

Wayne: Society! Society!

Chris: Society, man! You know, society! Cause, you know what I don’t understand? I don’t understand why people, why every fucking person is so bad to each other so fucking often. It doesn’t make sense to me. Judgment. Control. All that, the whole spectrum. Well, it just…

Wayne: What “people” we talking about?

Chris: You know, parents, hypocrites, politicians, pricks.

That idea!

and his courage to do what he thinks he’s right, what he want to do. yes, he goes to Alaska and into the wild.

a 22-years-old- Christopher McCandless (Chris), freshly graduated from college with a promising future and career, chose instead to walk out of his privileged life and into the wild in search of adventure and the meaning of happiness.

for me, he’s a naive idealist, a rebellious 1990’s Thoreau, a fearless risk-taker and a heroic adventure who inspires a lot of person in his way to Alaska. and i never saw him as another lost American son or a tragic figure who wrestled with the precarious balance between man and nature, not even a glim in mind.

he was born on Feb 12, 1968.

yes, it is 12 February. i repeat, 12 February.

since the beginning of the movies until the end, i have no idea how many beautiful quotes he quoted. as if in every turning of his life, in all his way of life, he always find a right and perfect quote to describe what he feel, he think. and DANG! that shocked me. that behavior reminds me of a person. someone whose willing to quote a lot of phrases, wisdom words, and songs just to balance her life and her emotion. guess who. 🙂

and his naive idea, his found of every Thoreau’s book and of course the most glorious one “give me truth”, when he said, “I’m going to paraphrase Thoreau here… rather than love, than money, than faith, than fame, than fairness… give me truth.” haha… it makes me laugh, ehm… crazily perhaps 😛 .

a great, good and right quote even though a cruel one but think that only a few person who can bear the torture of a truth. am i one of that few people? i dare to say no and still working on it.

back on the story,

yes, he chose his own way to be a fearless risk-taker and hitchhikes into the wild on Alaska rather than maintain his bright future and career. many ups and down, burn all his money, left his car, never called his family, giving his last 25 cent to an old man rather than using it to call his sister. chose not to involved in love relationship with a beautiful young lady. learn a lot of new things, any special and interested thing he ever imagined. that’s what he deal off.

and he made it! yay!

finally he spend his xxx day (cmiiw, this counting day is one that i missed, all i remember is it’s been a two years diary) in a hill an live in wilderness with no phone, with no money, and no friends.

and when the day is coming, the day when he finally figure that living in wilderness without obligation, without technology, with nothing and just live, is possible (and also as he planed that he will return in spring after spending his winter time on that hill), he decide to return but unfortunately the stream he crossed in the snow has become an impassable raging torrent and that he’s trapped.

dan yeah, he got trapped, with no preparation at all, suffering and starving, failed in having a rhino (cmiiw) skinned off. and he starves to death, with a very tiny-little mistakes he got a mis perception of a fruit, a poisonous fruit and that bring him to the end line.

but finally he understand that “happiness only real when shared.”

and that was the most idiotic thing for realizing about happiness just when you will pass away.

why did i say “idiotic”? it just that, it’s often happen to us when we realize the most important thing on a very last moment. it’s sad. i hate it. but it’s often happened. that’s why i said idiot.

and now, what can i say? i have give a spoiler about this movie. do i feel sorry? er… no! it is a great movie about a journey to a self-knowledge. it brought me to a lot of question and understanding. superb!

do i cry? ya, you bet lah! of kors donk! like i’ve said before, that his idea, his courage, his idealist, his gut… that is amazing and i’d love take a very deep bow for him.

to me he’s such a big rebel, ones with almost the same idea with me, how suck it is some obligation, roles, manners, politician, parents, society but he had gut, while none in me. not even a little rebel i could put as my name tag.

salute to you. you are a naive idealist but you do inspire a lot of person on your way and that makes me able to see what you are going through and what you are going to do and where i wanna be.

Christopher McCandless a.k.a Alex Supertramp may you Rest In Peace.

here’s the trailer:

The Dark Knight

The Dark Knight?

The Dark Knight poster 1
  • The Dark Knight poster 2
  • kata apa yang maknanya lebih dari keren?

    Magnificient! Superb! Great! Awesome! Mungkin empat kata tersebut bisa sedikit menggambarkan pilem tersebut.

    Duwh, pilemnya AWESOME sampai spicles kudu bercerita gimana lagi 😛 .

    What I believe, jika aku menongtong pilem ini lagi dan lagi serta lagi (at least lebih dari 10 kali dalam jangka waktu yang berurutan) lalu hocus focus ke tokoh The Joker, aku bisa benar-benar terintimidasi lalu tercuci otakku dan bisa benar2 become what he becomes, bisa-bisa kadar kesinisan dan keskeptisanku melunjak drastis hingga lebih dari over.

    The Dark Knight ini fokus antara BatmanThe JokerHarvey Dent a.k.a Two FaceJames Gordon.

    Ya, okay… it’s about good versus bad, angel versus devil but between those mainstream good and bad, angel and devil tersebut justru motif baik dan buruk tersebut yang dipertanyakan, justru motif yang membuat seseorang (dalam hal ini that 4 musketeers) memutuskan untuk being good or being bad yang dipertanyakan.

    Dalam skala 1 sampai 10, TDK bisa aku beri 20 😀 , gag dink 9,5 deyh 🙂

    it’s a very superb movie walopun bagiku tetep ada beberapa hal yang kurang nendang dan menjadikan kelemahan tersendiri dari TDK but thanks to The Joker. That 9.5 stars rate tersebut, 3 stars disumbang personally oleh The Joker.

    Ok, move on to each character ya…

    Batman/Bruce Wayne Christian Bale

    Huhuhu… bibirnya kissable kalo pake topengnya Batman tapi kalo jadi Bruce Wayne, kesan kissablenya kok ilang ya? Based on my preference aja, efek heroism-nya, atau memang something wrong dengan bibirnya Christian Bale??

    (note to my self: daripada membahas karakter Bruce Wayne versi Christian Bale, kenapa aku langsung cerita tentang kissable ini yak? Hihihihihihihihihi 😛 )

    Tidak terlalu banyak mengenal pilem-pilemnya beliau ya, hanyalah Batman Begins, The Prestige, 3:10 to Yuma dan kalau melihat 3 pilem beliau ini ditambah dengan The Dark Knight, rasanya I should put him on my next idol list 😀 .

    Dalam TDK and as the main character, Christian Bale bisa menginterpretasikan konflik rasa/hati a.k.a psikologis yang dialaminya sebagai orang yang mempunyai 2 kepribadian yang sama-sama kuatnya, as a super milyuner Bruce Wayne, and as a superhero Batman.

    Sebagai penonton dan peminat, aku sukses digiring Christian Bale untuk deg-deg-an serta curious menanti keputusan Christian Bale untuk memilih kepribadiannya yang mana, Bruce Wayne or Batman, yang akan dimenangkannya. Christian Bale juga sukses menunjukkan how confuse he was when he realized that nomatter how hard he tried to be a superhero, still he could not avoid in losing persons, friends. Dan bahkan ke-superhero-annya tersebut bisa jadi adalah alasan utama kenapa beberapa orang dekatnya tersebut meninggal.

    Christian Bale sukses ngasih kesan how human Batman is. Keren!

    Ada satu scene di mana pesan kesedihan, kesendirian dari seorang Bruce Wayne and Batman tertangkap adalah ketika pagi hari di mana Alfred berniat memberikan surat terakhir dari Rachel Dawes. Rasanya pas waktu itu si Bruce Wayne really really need a hug (ini siyh doyan kali ya bu? 😛 )

    Lalu ketika Bruce Wayne berkeluh kesah kepada Alfred, dan Alfred bilang that he should endure,

    And Bruce said, “Well today I found out what Batman can’t do. He can’t endure this. Today you finally get to say ‘I told you so.’”

    Alfred said, “Today, sir, I don’t want to” (paused) “but I did bloody tell you.”

    Hm… kesan lemah dan kesan manusiawinya tertangkap banget. *sedih*

    Shortly, Christian Bale sukses memerankan Bruce Wayne dan Batman. Dia sukses menginterpretasikan konflik yang dialami sosok Bruce Wayne as Batman and sosok Batman as Bruce Wayne.

    The Jokermendiang Heath Ledger.

    Hiks… kok sudah meninggal? *sedih*

    Referensi pilem yang dimainkan almarhum pun tidak banyak yang sudah kutongton. Hanyalah 10 things I hate about you as Patrick Verona dan Gunung Punggung Patah as Ennis Del Mar. dan dari 2 pilem itu saja, sosok alm yang terbentuk di benakku adalah sosok yang tidak banyak omong, hobi berpikir, introvert, bersuara berat, jarang dan hampir tidak pernah tertawa, dan benar-benar berbeda 180 derajat dibandingkan The Joker.

    Oh my God, I don’t know what to say about this character. He did a very very very great job in playing this role, superb!

    Suara tertawanya, tone suaranya yang cempreng lalu kegemarannya untuk licking the scars, it is, oh, so scary! Serius ya, the way he laughs maniacally lalu setiap kamera meng-shoot wajahnya dan dia menjilati luka di bibirnya tersebut, it’s a freaky yet scary thing I’ve ever seen. Lalu ketika adegan dia menyamar sebagai nurse dan keluar dari rumah sakit dan meledakannya, cara dia berjalan… haha! Seram!

    The Joker is far from funny, I guess. Ya, he’s the joker and he gives a lot of jokes, joke in a cynic-skeptic-scary-way not a funny-huwahahahaha-way, know what I mean?

    Mari, mari… saya kopikan beberapa kalimat yang diucapkan The Joker yang bisa membuat penggambaran yang lebih akurat akan betapa psiko-nya dia…

    His first joke in this movie: “I believe whatever doesn’t kill you simply makes you… stranger”

    Yes, yes, it’s “strAnger” not “strOnger”

    And then ketika adegan merampok di bank,

    A: “I’m betting The Joker told you to kill me soon as we loaded the cash.”

    The Joker: “no, no, I killed the bus driver.” (sambil bergeser untuk memposisikan si A dengan benar)

    A: “what bus driver?”

    (yada, yada… mendadak ada bis sekolah mendobrak dinding bank yang menabrak mati si A, lalu si sopir keluar bis dan ditembak mati oleh si joker)

    Lalu…

    “You see, nobody panics when things go according to plan, even if the plan is horrifying. If I told people that a gangbanger was going to get shot, or a busload of soldiers was going to get blown up, nobody would panic, because it’s all part of the plan. But tell people that one tiny little mayor is going to die and everyone loses their minds!”

    Dan ketika The Joker bilang, “you see, madness, as you know, is like gravity. All it takes is a little…push.”

    Huwaaa… ketika kalimatnya disengaja menggantung beberapa saat dan ditutup dengan “push” dan The Joker tertawa, itu bener-bener bikin merinding dan ketakutan gitu.

    Juga setiap The Joker mengucapkan, “Why so serious?”

    Suaranya itu lhoh… serem!

    Lalu gaya tertawanya, postur tubuhnya, bahasa tubuhnya, all in a scary way. Tuob!

    Heath Ledger brings The Joker as a character which is really really really dark yet terrifying but in a beautiful way. Can’t you believe, setiap tokoh The Joker muncul, aura gelap-sakit jiwa-takut-tidak nyaman selalu menguasai tetapi begitu dia hilang dan cerita fokus ke tokoh lainnya, justru deg-deg-an menanti kapan The Joker ini muncul lagi. Yup, sampai segitunya.

    Two Face/Harvey DentAaron Eckhart.

    Two tumbs up untuk make upnya sebagai Two Face, bener-bener sesuai dengan yang aku bayangkan mengenai how the bad side of Two Face looks like 🙂 .

    Tapi secara karakter? Hiks…bagus siyh, karena bisa menggambarkan white knight turn into dark knight dan betapa madness is like gravity. All it takes is a little…push.

    Ya, Two Face sukses menggambarkan betapa teori The Joker adalah benar adanya bahwa the fact that innocent can destroy means that there is no innocent, so your life is a joke. Why so serious?

    Tapi ya itu, karakter Batman dan The Joker terlalu menguasai pilem ini, sehingga Aaron tidak terlalu bisa menyumbang bintang di pilem ini. Apalagi Two Face ada karena dia adalah boneka ciptaan dari The Joker, dia ada sebagai pembuktian teori bahwa sebenernya tidak ada kebaikan dalam diri manusia apalagi ketika manusia tersebut telah crossed the line.

    Tapi make upnya keren!

    James Gordon Gary Oldman

    He’s the good guy. He’s the human here. Dan yah, gegara sepanjang pilem hanya fokus ke Batman dan The Joker, Gordon pun terlupakan walopun kalau dari sisi konflik, justru Gordon juga berperan besar dalam cerita ini.

    Secara keseluruhan?

    ANJR*TT! Pilemnya super duper mega ultra keren banget!

    Dulu kupikir, barometer tokoh jahat dalam semua pilem Batman adalah PenguinDanny DeVito in Batman Returns (1992). Jika tokoh jahat bisa lebih berkesan dibandingkan Penguin, maka pilem Batman tersebut sukses (menurutku). Tapi sekarang?

    Hohoho… jika tokoh jahat dalam next movienya Batman tidak lebih super duper mega ultra keren dibanding The Jokernya alm. Heath Ledger, maka they are fail.

    Masalahnya lagi, setelah ada The Dark Knight dengan The Jokernya, pilem superhero berikutnya jika tidak bisa lebih hebat lagi dari mereka, maka pilem-pilem superhero tersebut juga gagal.

    The Dark Knight menjadikan barometer persaingan pilem superhero menjadi melunjak lebih berat lagi.

    Tapi sesuper duper mega ultra keren apapun pilem ini, ada beberapa kelemahannya. Satu aja yang bener-bener aku kehilangan hal yang khas dari semua pilem Batman adalah markasnya yang used to di gua alami, penuh kelelawar, dan gelap. Markas (err… gag ada kata lain yang lebih keren ya bu? 😀 ) Batman dalam TDK ini mengingatkan aku akan pilem James Bond dan any other superhero movies.

    Satu hal lagi memaksa aku dengan penuh sukarela dan sukacita adalah bahwa menurut trivianya, ” To prepare for his role as the Joker, Heath Ledger lived alone in a hotel room for a month, formulating the character’s psychology, posture and voice (the last one he found most difficult to do). He started a diary, in which he wrote the Joker’s thoughts and feelings to guide himself during his performance. He was also given Alan Moore‘s comic “Batman: The Killing Joke” and “Arkham Asylum: A Serious House on Serious Earth” to read. Ledger also took inspiration from A Clockwork Orange (1971)’s Alex and Sid Vicious.”

    Keren yak? Sampai segitunya suatu observasi dilakukan hanya untuk satu karakter fiktif. Hebath! sayang, beliau meninggal dengan tragisnya 😦

    Well, well… sudah sepanjang ini euy, karena saking berkesannya pilem ini 😀 .

    So…

    Why so serious?

    the kingdom (2007)

    *dehem kecil*

    yaoloo… sampai lupa punya utang buat nulis review pilem ini.

    dan sekarang udah lupa pilemnya sebagus apa 😀 , huehehehehe……

    ehem… pilemnya bagus. berkisah tentang konflik di Saudi Arabia.

    tentang bom bunuh diri, pemberontakan warga lokal yang dilakukan terhadap para komunitas warga Amerika yang ada di Riyadh tentunya dalam lingkungan perminyakan.

    yah, bla..bli…blu…ble…blo… tipikal pilem pemberontakan dan ada satu hero yang bermaksud menemukan otak bom bunuh diri tersebut.

    yang membuat pilem ini bagus (menurut seleraku) yah karena jamie foxx maennya tuob. sisi kemanusiaan yang disorot juga ngena tanpa membuat kesan gag berdaya dan tanpa daya.

    hanya saja, bagiku…pilem ini kurang nonjok karena bagaimanapun filmmakernya tentunya membuat sisi Amerika lebih menonjol dengan segala kebaikannya dan memaksaku untuk memahami apapun langkah yang diambil oleh mereka dan menuntunku untuk mengerutkan kening atas apapun argumen yang diberikan oleh pihak pemberontak.

    ironisnya, walopun seolah pilem ini mengusung pesan “Say no to war!” tapi in the end digambarkan bahwa cara jamie foxx dan cara tokoh otak bom bunuh diri itu dalam memandang perang antara mereka (amerika dan pihak lokal) adalah sama. seolah mementahkan image yang dibangun dari awal bahwa pihak amerika pencinta damai.

    tapi… pesan “STOP WAR” bagiku siyh ngena banget! 🙂

    dan rasanya jika re-tongton pilem ini pun hayuk aja 😀